Hi, guest ! welcome to VIOLET CAFE. | About Us | Contact | Register | Sign In

Senin, 14 November 2011

Home » , » [Diary Sang Penggoda] Kekasihmu Merayuku

[Diary Sang Penggoda] Kekasihmu Merayuku

Oleh : Hawa

Wanita itu datang padaku, dengan langkah anggun terkesan tergesa-gesa, wajah ayunya dipoles make up tipis dan sederhana, sedikit perona pipi dan lipstik warna merah tanah muda, rambutnya dia sanggul mungil menampilkan sedikit poninya yang terurai.

Dia mengenakan blouse ungu muda, dengan rok mini diatas lutut, paha dan betisnya yang putih dan mulus sedikit terekspose karena minimnya bahan rok yang dia pakai. sepatu yang dia kenakan sepatu mahal, aku tahu itu, aku selalu impikan bisa miliki sepatu seperti itu, tiap pulang kerja selalu kuamati pajangan sepatu itu dalam etalase sebuah boutiqe tidak jauh dari tempat kerjaku.

ah, aku memang berbeda dengan perempuan ini, aku baru bermimpi saja tentang sepatu itu, kapan bisa kubeli, tapi dia sudah memakainya untuk menemuiku.

“aku mau bicara, penting!”, begitu katanya setibanya dia didepanku

kami lalu mengambil tempat yang agak sudut di restoran ini, dia dan aku kemudian duduk berhadapan.

“tentang apa?”,

“Lelakiku!”

“Silahkah…!”, jawabku santai tapi dengan penegasan bahwa aku siap mendengarkan apapun yang dia ingin ucapkan tentang yang konon katanya itu “Lelakinya”

“Dasar cewek penggoda!”

begitu katanya, alamak, kagetnya aku, wanita yang kuanggap berpendidikan dan berintelektual tinggi ini, tanpa basa-basi langsung mengucapkan kata seperti itu padaku. amboiiiiiiiii

“terima kasih”, jawabku santai

“Satu hal, ingin kutanya padamu, sudah berapa lama kau menggoda kekasihku!”

“ini tentang apa?, kembali kupasang mimik wajah ku yang kata sebagian orang “innocent”

“oh, ya”

“Sudahlah, aku sudah tau semuanya, jangan pura-pura lagi!, apa kamu tidak mampu cari yang lain sampai kamu harus menggoda kekasih orang, aku juga heran, kok mau-maunya dia sama kamu!”

pelayan datang membawa segelas kopi hangat yang kupesan, pembicaraan terhenti sebentar.

“mari ngopi”, ucapku sambil menghirup nikmatnya kopiku.

“Kamu itu siapa sih, nggak sebanding sama aku apalagi sama dia, asal tau bukan levelku menemui seorang perempuan yang cuma pelayan restoran, kalau kamu tidak ada apa-apanya sama kekasihku”

hmmmmmmmm, kata-kata perempuan itu tak sebanding dengan nikmatnya kopi yang kuminum…..senyum misterius nan menggoda milikku ku hadapkan ke perempuan itu.

“kamu tahu, susah payah kujalin cinta dengan dia, rusak begitu saja karena kamu menggodanya!”

“oh ya”

“dasar perek!!”

“eittt, sekasar itukah Nona”

“shut up!!!”

habis bilang begitu dia diam, kuseruput lagi kopiku, setelah itu kuletakkan diatas piring alas gelas diatas meja. kopi sore yang nikmat, gumamku dalam hati, kapan lagi aku menikmati kopi seperti ini lagi… entahlah kesibukan kerja direstoran kadang membuat aku tidak punya waktu sedikitpun memanjakan diri dengan menikmati segelas kopi.

dia masih marah padaku, aku tau dia sangat marah. kemarahan beralasan baginya, karena selama ini dia mengira akulah yang menggoda kekasihnya.

“Jangan menuduhku begitu, aku tak suka, mestinya kau tanya dulu kekasihmu, kenapa dia menggodaku, aku memang sang penggoda seperti katamu, aku suka kau memanggilku sang penggoda, karena itu aku”

“aku tak perlu pledoi apapun, karena aku memang sang penggoda”

“apa kemiskinan yang membuatmu begini?, kasihan kalau itu benar!”

“Up to you Miss, tapi aku masih muda dan ingin menikmati hidup, menurutku uang bisa dicari, tidak harus jadi sang penggoda, dan kekasihmu tampan, aku suka”

wanita itu marah, pipinya yang semakin merona.

“apa yang dia lakukan padamu?”

“biasa aja, dia mencium bibir dan leherku, nikmat sekali, aku membebaskan dia mau jadi apa saja dihadapanku, tak ada aturan, aku bercinta sepuasnya dengan kekasihmu, tak ada larangan, tak ada moral, aku masih muda, nikmati saja”

“Beda denganmu, perempuan perfeksionis ……. konon!”

“Dasar pelacur!”

“Eittttttt… bedakan dulu, aku menikmati kekasihmu hanya untuk kepuasan, bukan uang, dia yang menggodaku lebih dulu, bukan aku..!”

wanita itu semakin marah padaku, aku mendengar gerutuk-gerutuk giginya menahan marah padaku….

kuhirup kopiku terakhir kali, tersisa ampasnya saja di dasar gelas

“Asal tahu nona, aku hanya menikmati saja kekasihmu, bukan untuk berkomitmen, tenang saja, dia akan tetap menikahimu sesuai janjinya… ini cuma kegilaan masa muda aku dan dia, aku tak pernah bermimpi kalau aku menjalani hidup dengan lelakimu itu, begitu pun dia, sekali lagi aku cuma menikmati saja kekasihmu, bukan memiliki!!”

“Kekasihmu merayuku, bukan aku yang menggoda!”

kutinggalkan dia sendirian di meja itu, bersama gelas kosong kopi sore milikku.

—-

Sang Penggoda, 24/10/2011
Share on :

Posting Komentar