Hi, guest ! welcome to VIOLET CAFE. | About Us | Contact | Register | Sign In

Senin, 14 November 2011

Puisi Para Penggoda

Oleh : Bernizca Farazeta


Taukah kau…?

Suamimu masih mencintaiku

Dan itu bukan salahku jika suamimu tergoda

Apakah bukan sebaliknya, suamimu yang menggodaku?

Dia yang merayuku, dan mengatakan kata ‘cinta…’

Apa itu cinta?

“Cinta adalah memberi…” ujarnya mesra

Dan aku hanya memberi sejumput cinta pada suamimu

Jadi jangan salahkan dia dan aku…

Karena…, kita sama-sama ‘pengen…

{Diary sang Penggoda} Suamimu Masih Mencintaiku

Oleh : Bernizca Farazeta


Hand phone ku bergetar, sengaja nada deringnya tidak ku aktifkan…kulirik sekilas nomer yang muncul di layar hand phone ku, dan lagi-lagi nomer mu hadir di situ…

”Tinggalkan suamiku, jangan kau ganggu dia…hentikan perbuatanmu jangan kau teruskan cinta terlarang itu, bercerminlah!!! siapa dirimu sesungguhnya!!! kaulah penghancur rumah tangga ku “

Seperti di guyur air rendaman es balok sekujur tubuhku menggigil meredam amarah, hanya dzikir perlahan aku lantunkan untuk meredam emosi ini…Siapa dia, dan apa maksud pesan ini semua….

Kepalaku semakin pening, benturan keras yang kualami semalam saat kecelakaan di jalan tol ketika menuju bandara semakin terasa menghunjam setelah membaca pesan itu, dan kondisiku semakin parah dengan tuduhan itu…namun aku dengan diamku hanya termangu sambil menggenggam BB itu erat di genggamanku…

Cinta,

Ini semua karena cinta, cinta yang definisinya selalu berubah tanpa tahu kondisi dan waktu. Dia mencintaiku, lebih…bahkan amat lebih…kau menuduhku tanpa alasan dan kau mengajariku seolah-olah akulah biang keladinya.

Harusnya cermin itu untukmu…bukan untukku…

Tanyakan ke nuranimu, mengapa suamimu harus lari ke pelukanku, mengapa suamimu harus merasa nyaman dalam dekapanku, mengapa suamimu harus merasa tenang meski hanya cukup mendengar suaraku….

Salahkah aku jika aku terlahir sebagai wanita cantik dan memiliki sex appeal yang tinggi, bukankah itu sudah kehendak-Nya…

Aku hanya datang dengan kebaikan tanpa ada niat nafsu dan keinginan menggoda atau menghancurkan rumah tanggamu seperti yang kau tuduhkan, namun pertemuanku dengan suamimu adalah skenario yang di kehendaki-Nya.

Sapa dan persahabatan itulah awalnya, segala kebaikan itulah tujuannya, kita bercengkrama tak ubahnya sahabat lama, namun semua itu menjadi lain…ya, semakin lain….suamimu tergoda aku, padahal sungguh aku apa adanya dan tulus tak ada niat untuk menggoda. Aku hanyalah aku…dengan segala apapun di diriku, namun suamimu melihat lain di diriku, dia melihat aku sosok yang berbeda…kecerdasanku, kecantikanku, diamku, santunku, kebaikanku dan sikap memahamiku dan kerap menjadi pendengar yang baik di saat dia butuh teman dan entah apapun itu, justru itulah yang membuatnya semakin jatuh cinta lagi kepadaku…

Senja semakin merekah…

Perlahan aku turun dari atas tempat tidur rumah sakit ini…Tuhan tahu hikmah apa yang ada di balik ini semua.

Dua hari setelah di rawat di rumah sakit akhirnya aku putuskan untuk kembali beraktifitas, aku bukan sosok yang harus larut dan menyikapi sesuatu dengan seenaknya, aku adalah sosok pejuang, tidak akan pernah berhenti di satu titik, lemah dan air mata bukan gayaku…air mata cukup hadir disaat aku bermunajat dengan kekasihku yaitu Rabb-ku…buatku setiap peristiwa adalah episode dari-Nya.

Langit sangat cerah, awan menaungiku menemani dalam lintasan langkahku…masih seperti biasa dan semua telah berada di tempatnya sesuai dengan kehendak-Nya meski dengan porsi kenikmatan yang berbeda-beda…

Aku kembali hadir di tengah-tengah kecintaanku, bertumpuk-tumpuk buku tebal dan lap top serta seluruh mahasiswa dan mahasiswiku…menerjemahkan segala hal yang tak terlihat dan tersentuh, asyik dengan keasyikan hingga waktu tanpa terasa harus segera pergi….

Sejenak sebelum meninggalkan kampus, aku berdiri di depan kaca jendela…menatap ujung horison yang tak terlihat ujungnya…

Tiba-tiba hand phoneku berdering, kulihat nomer suamimu di layar hand phoneku…aku malas mengangkat dan menerimanya, namun deringan itu tidak berhenti, hingga tiga belas kali nada panggilan tak terjawab…aku lelah, lelah dengan nada dering itu….entah mengapa kuangkat juga…dan aku kalah lagi…

” sayang…ku mohon maafkan aku…maafkan…”

suara itu, masih seperti yang dahulu…suamimu selalu memanggilku dengan kalimat itu, dia mencintaiku…sadarkah kamu, tahukah kamu?

Dan aku selalu berusaha menghentikan itu, namun suamimu selalu memohon kepadaku untuk aku tidak meninggalkannya. Aku sungguh muak dan amat marah bahkan sakit dengan ini semua…kau dan suamimu telah menyakitiku, kau permalukan aku di hadapan seluruh teman-temanku dan itu semua tak ada habisnya, namun aku hanya bisa diam…ya, diam seribu bahasa…aku selalu dengan kebaikanku…namun tahukah kau aku diam bukan berarti bodoh, aku diam karena aku kasihan dengan dirimu…dan aku hanya memberikan mainan atau kesenangan untukmu agar kau bisa tertawa dan pus meski aku tahu justru sebaliknya kau akan lebih menderita…karena aku tahu jika kau sesungguhnya di mata suamimu dari bertahun-tahun yang lalu sudah tidak terlihat cantik dan menarik baik dari segala hal….

Dan tahukah kamu jika suamimu selalu bergairah meski hanya mendengar suaraku saja, padahal itu baru suaraku saja…dan selanjutnya aku rasa kau bisa mengartikannya sendiri…

Suamimu telah lelah di sampingmu, dia bertahan karena rasa kasihan dan kewajban…lalu dimana aku menggoda suamimu??? coba tunjukan… namun ya, sudahlah aku terima segala tuduhan itu semua…karena aku yakin TUhan pasti akan tunjukan siapa juaranya…

Aku berdiri di pinggir jendela menatap keatas langit teringat bagaimana suara itu masih menggema di telingaku ” sayang…tanpa kehadiranmupun sesungguhnya rumah tanggaku sudah hancur beberapa tahun yang lalu, aku lelah dengannya, bertahun-tahun aku yang selalu mencoba bertahan dan menumbuhkan perasaan cinta, namun kini perasaan itu telah mati…mati dan tidak akan pernah kembali tumbuh lagi “

Tahukah kau…cinta suamimu telah mati terhadapmu, yang tertinggal hanya perasaan kasihan dan kewajban saja…lalu siapa yang harus disalahkan, sedangkan dulu dia selalu berjuang sendirian…dan kamu di mana saat itu??

Harusnya cermin itu untuk dirimu…

Sudahkah kau sebagai istri telah berposisi menjadi seorang istri…

Sudahkah kau belajar memahami dan tahu tentang dia sesungguhnya tanpa harus selalu menuntut untuk dia memahanimu terus, sudahkah kau belajar mencintai terlebih dahulu tanpa harus menuntut untuk dia mencintaimu dahulu, sudahkah kau selalu bersabar dan ada di saat dia terjatuh dan butuh nasehat atau teman atau bahkan dorongan semangat di saat dia kehilangan arah dan jatuh dari segala impiannya…tahukah kau ada kalanya dia merasa lelah, dan di saat lelah itulah kelak dia akan mencari sosok-sosk yang lebih baik dan mulia darimu…

Namun aku tetaplah aku…aku dengan kesederhanaanku, aku dengan diam dan acuhku, aku dengan ketidak sempurnaanku, aku hanya datang dalam lintasan episode ini, aku selalu yakin bahwa ini bukanlah ujian…namun ini adalah siratan yang telah tersurat atas kehendak-Nya, dan apapun bentuk episode itu aku selalu menghargai dengan bijak dan selalu ku telaah skenario apa yang ada di balik ini semua, yakinku pada-Nya ini semua terjadi karena suatu bentuk pembelajaran hidup kepadaku untuk lebih bijak dalam melangkah dan lebih bermuhasabbah diri lagi ke depannya….

Perlahan semua menjadi luntur…dan senja kembali perlahan menghampiri, perlahan aku kemasi tumpukan buku-buku tebalku san ku tutup lap top ku, kakiku terasa ringan melangkah keluar…menuruni anak tangga kampus, entah mengapa aku menginginkan anak tangga ini…bukan lift yang ku tuju, aku ingin menikmati sensaninya sejenak….

Sepoi angin sore mempermainkan pashmina jingga ku, rokku melambai meliuk-liuk diterpa semilir sejuk angin senja ini…semua terasa penuh, aku sangat bahagia….entahlah aku selalu merasa apapun episode itu aku merasa akulah sang juaranya, aku semakin banyak mengerti dan satu koleksi kalimat bijaku bertambah di harian hidupku….

13195203191584117659

cinta,tidaklah menyakiti namun cinta adalah memberi…memberi yang terbaik tanpa harus mendominasi dan mengkungkung…namun cinta adalah membebaskan, membebaskan setiap kehendak dan keinginan namun tetap di ikat dengan doa dan kasih sayang….

Semoga episode ini kelak juga akan membuatmu lebih bahagia, meski lubuk hatiku aku tahu kalian berdua sakit…aku berharap ada kebaikan dari ini semua, ku hantar kalian dengan doa, bibir tipisku semakin menyungging senyuman, sebelum grand livina ini membelah Jakarta ku pandangi lagi tumpukan berkas di sampingku, ya…aku berhasil, di saat harus ada air mata ternyata Tuhan tetap tunjukan kebahagiaan untukku, pengajuan bea siswaku untuk S3 ku akhirnya lolos, dan tiket bea siswa itu kini ku kantongi….

Awal tahun depan aku berangkat, terbang…ya terbang kembali, menyapa summer, snow, dermaga, daun mapple serta pucuk-pucuk pinus…senyumku semakin mengembang…aku semakin merindukan Hamburg, dengan sketsa-sketsa kecilnya yang hitam putih…tekadku semakin kuat, kelak novel berikutnbya akan lahir di sana kembali…

Namamu adalah kutukan bagiku….semoga kau tahu itu…

[ Diary Sang Penggoda ] Suamimu Menggodaku

Oleh : Zee Zee

Kunikmati malam ini di beranda. Kusapu pandanganku kearah pijar-pijar lampu malam yang terlihat indah di kejauhan. View of night dan memandang indahnya rembulan sungguh membuatku betah untuk berlama-lama menghabiskan waktu sambil menunggu kedatanganya. Terdengar bell berbunyi. Cepat-cepat kulirik dan melihat Aeiger yang melingkari dilenganku, 22: 45 WIB dan berjalan ke arah pintu. Pasti itu Panji karena ia telah berjanji menemuiku seperti biasa. Ku buka grendel pintu dengan segera, langsung saja wanita itu menyerobot masuk.

“Jadi ini apartment yang Panji belikan buatmu” serbu wanita yang berdiri di depanku.

Matanya yang penuh selidik menyapu seluruh ruangan bagaikan singa yang sedang menggerayangi mangsanya. Wajah aristokrat didepanku adalah wanita yang cukup cantik jika tanpa riasan menor itu, denganbalutan Channel ditubuhnya berwarna marun dan perhiasan disana sini membuatnya seakan toko berjalan. Begitu kontrast dengan diriku yang hanya menggunakan Flesh Revlon sebagai perona bibir dan tampil sederhana dengan lingerie hitam serta beraromakan Elizabeth Harden. Nada suara high heel yang terdengar wara wiri mengungkapkan ketidaktenangan wanita didepanku.

“Maaf, anda siapa” ujarku lembut dan tetap mencoba ramah terhadapnya sekaligus kupersilahkan ia untuk duduk, hatiku bertanya adakah ia wanita yang Panji ceritakan padaku.

“Jangan berbasa basi denganku, aku hanya mau kau meninggalkan Panji ”, katanya masih dengan keangkuhan yang luar biasa dan dikeluarkan sigaret berserta pemantik dari tasnya yang juga bermerk International . “Biarkan Panji kembali padaku”, ujarnya seraya mengeret pemantik dan menghirup dalam-dalam lalu membuang asapnya tepat di wajahku.

“Apa maksud kedatangan anda kemari, maaf jika tidak ada keperluan, silahkan anda keluar dari apartment saya” kataku masih dengan kelembutan seperti biasa dan berdiri mempersilahkan tamu tak diundang
ini untuk pergi. Lalu, Ia mematikan sigaretnya.

“Dasar perempuan tak tahu malu, pasti kau menjual tubuhmu untuk mendapatkan apartment ini dari Panji kan. Aku yakin kau telah memberinya guna-guna”, semburnya cepat sambil berdiri dan mendekatiku. Aku sedikit mengambil jarak darinya. “Tidak mungkin ia dengan mudah mencampakkan aku begitu saja, jika kau
tidak berbuat sesuatu yang gila”, katanya dengan tangan melayang diudara.

Kutangkis dan kutahan lengannya sebelum mampir dipipi mulusku.

“Jangan pernah menyakitiku, aku tidak kenal siapa kau, dan jika kau adalah wanita yang Panji ceritakan padaku.
Kau memang pantas untuk dicampakkan olehnya.” Ujarku tenang. Panji sudah menceritakan segalanya tentang wanita ini, istri yang dipilih orangtua Panji untuk dinikahi . Wanita yang culas dan angkuh menurut Panji, hanya mementingkan harta dan karir. Aku baru empat bulan mengenal Panji, masih berasa seperti kemarin saat bertemu Panji dibanding wanita di depanku ini yang telah menjadi istri Panji selama 4 tahun perkawinan mereka yang tidak pernah merasakan keharmonisan dan kebahagian.

“Berapa kau jual tubuhmu kepada Panji?”, ujarnya dengan binar marah diwajah. Aku tahu semua apa yang kau
lakukan bersama Panji, katanya seraya membanting beberapa lembaran photo ke atas meja. Pandangan
ku sekejap mengarah ke meja, itu memang photoku bersama Panji dalam beberapa pose di peraduanku. Terpikir
olehku darimana wanita didepanku ini mendapatkannya. Adakah ia menyewa jasa
detectif cinta untuk menguntit seluruh aktivitas asmaraku bersama Panji melalui kamera tersembunyi di
kamarku. Kapan dan bagaimana mereka masuk ke apartmentku.

“Aku bahkan tahu bahwa kau pergi ke dukun untuk mendapatkan dia” cercanya seakan ingin menelanku dan tertawa lirih. Dasar perempuan licik. Berapa banyak lelaki yang pernah tidur denganmu? Aku yakin kau hanya memoroti harta mereka saja termasuk Panji. Berapa Panji membayarmu untuk semalam” , dampratnya kepadaku. Aku sedikit masgul mendengar ucapannya padaku. Jika ia tahu bagaimana aku membeli
apartment ini dengan setiap tetes keringat darah yang kubayar selaku seorang sekretaris. Uang yang kukumpulkan selama 5 tahun masa kerjaku. Tapi, ku tetap berusaha tenang menghadapi amarahnya yang kian membara.

“Tidak perlu kulakukan semua itu, aku tidak perlu orang pandai, dukun atau pun guru spiritual untuk mendapatkan suamimu. Ia yang datang padaku atas keinginannya, tanpa aku perlu merayu. Dan aku dengan
senang menerimanya”, jawabku. “Apa yang kami lakukan bersama atas rasa suka dan kesenangan semata” jelasku.

“Syiet!!! makinya. “Jika seluruh wanita pengganggu suami orang mengaku sepertimu, aku yakin kalian sudah akan dirajam oleh seluruh istri dibumi ini” sindirnya sinis.

“Kau boleh tertawa, tapi suamimu lah yang datang menawarkan padaku tanpa pernah kupinta. Dan aku
sangat,sangat menikmati apa yang ia berikan padaku, termasuk tubuh dan gairahnya diatas ranjangku. Jangan pernah menguatirkan apapun dariku, karena aku tidak akan merampasnya darimu” uraiku dengan membela diri.

“Wanita hina yang tidak berhati nurani”, kecamnya padaku.

“Jika kau menyebutku tidak berhati nurani, dimana letak martabatmu sebagai istri selama perkawinanmu?
Adakah kau menjaga marwahnya sebagai suami?” timpalku dengan senyum kecil.

Plakkk!!! Ditamparnya wajahku. Dan balik kulayangkan tanganku ke wajahnya. Plakkkk!!! “Jangan pernah menyakitiku, ini peringatan kedua dariku. Silahkan anda meninggalkan apartmenku”, ujarku seraya mendekat ke pintu dan membukanya sekaligus mengusir wanita ini untuk pergi.

“Kau akan menyesali semua perbuatanmu terhadapku”, katanya dengan nada intimidasi padaku seraya meninggalkan apartmentku.

Ku melangkah memasuki kamarku dan duduk didepan meja rias, perlahan ku tarik laci narkas didepan dan mengeluarkan sebuah kotak musik hitam. Kukeluarkan selembar photo usang dari dalamnya dan kupandangi wajah kekasih hatiku, “Arga”, bisikku . “Andai saja kau tidak pernah pergi meninggalkanku, pasti hal ini tidak akan terjadi” ujarku parau. Kupandangi terus wajah Arga yang bagaikan pinang dibelah dua dengan Panji. Dan semuanya semakin kabur diiringi tetes air mata yang jatuh dipipi.”Semoga kau damai disana” pintaku lirih.

[Diary Sang Penggoda] Aku dan Hasratku

Oleh : Bungashaina

Malam ini…
Lelakiku puaskan rindu padamu, habiskan detik demi detik hanya milik kita berdua
Sepanjang malam aku terjaga, takterlelap sedikitpun
Entah apa yang telah kutelan, yang pasti malam ini hanya milik kau dan aku

Aku benci dunia dengan segala kemunafikannya
Mengapa harus ada hitam dan putih
Ahh…..ini terlalu rumit bagiku
kepalaku berputar-putar, berfikir dan berfikir
Untuk apa dan siapa, ini kujalani…

Libidoku membara, dalam luapan rinduku padamu
Kuraih engkau, kudekap penuh hasrat
Geloramu yang membara menuntunku
Berlari lebih jauh dan jauh lagi
Menuju awan-awan mimpi

Jejak merah dan lumatanku…
Terpadu apik dengan bualan-bualan dosa atas nama cinta
Malam ini kau lelakiku
Bisikan-bisikan asmaraku membawamu tertidur pulas dalam dekapanku
Sampai terbit fajar
Ini dosa atau cinta ??
Aku tak tau, yang pasti kau adalah KEBAHAGIANKU…


*****

Malam ini dia masih terkapar diatas seprei kusut, lampu kamar yang temaram. Sunguh , malam ini geloraku dan dirimu tak terkalahkan dengan nurani.

Kuhisap rokok terahirku, asapnya terbayangkan tadi siang….. Istrimu datang padaku, membawa segepok uang. Kuhisap rokokku lagi, kuhembuskan, lelakiku masih tergolek telanjang.

” Aahh….peduli setan, aku tak butuh uangmu !! . Aku hanya butuh gelora suamimu ….” itu ucapku

Malam menatapku sepi, dunia memang rumit….

[Diary Sang Penggoda] Terjebak

Oleh : Bungashaina

” Guubraaaaaaaaakk…. “

” Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttt……. “

Kurasakan tangan kukuh menggendongku, masuk ke mobil dan membawaku ke klinik terdekat.

” Bagaimana Dok, apa dia baik-baik saja ? ” kudengar suaranya yang sangat cemas.

Inilah awal perkenalanku dengannya, seorang lelaki mapan, pengusaha muda, punya rumah, dua buah mobil dan dari keluarga yang sangat kaya. Kecelakaan dua minggu lalu, adalah skenarioku agar aku bisa menjeratnya. Aku sengaja menabrak mobilnya. Dan semalam adalah saat-saat yang paling kunantikan, ketika akhirnya dia menyatakan cinta padaku.

” Dinda, maukah kau menjadi kekasihku, mendampingiku hari ini, esok dan selamanya ? “

Aku memeluknya sangat erat, inilah saat yang kutunggu. Tentu saja aku akan bersamamu, hari ini, esok dan selamanya semasa pundi-pundi koinmu masuk kekantongku.

Menjadi kekasih Robby adalah saat-saat yang menyenangkan bagiku, tentu saja dengan kerlingan mataku, desahan nafas dan tubuhku yang membuatnya tidak bisa lepas dariku.

Dia sangat bertekuk lutut padaku, menjadi kekasihnya berarti uang bulananku adalah tanggungannya, uang salon dan semua yang kubutuhkan termasuk kebutuhan keluargaku dipenuhinya. Huuuuft aku lega sukses menjeratnya.

Menjadi wanita penggoda bukanlah cita-citaku, tetapi karena aku ditakdirkan menjadi anak sulung dengan banyak adik, aku dipaksa harus mau mencari uang untuk ikut menopang keluargaku yang miskin. Sedang aku sendiri sebenarnya tidak punya keahlian apa-apa, hanya punya tubuh dan wajah yang cantik saja . Aku bosan dengan kemiskinan yang kujalani, apapun akan kulakukan agar aku bisa menikmati hidup mewah.

***

Robby, memintaku untuk pindah ke rumahnya. Lelaki itu benar-benar sedah bertekuk lutut padaku, bahkan pembantu rumahnyapun sudah ada dalam tanganku.

” Sayang, sebaiknya sayang pindah kerumah saja . . . rumah menjadi hidup kalau ada sayang ” ucapnya sambil memegang tanganku.

” Abang bukannya aku tidak mau, tetapi kita kan belum ada ikatan, Abang tak usah kuatir aku akan selalu ada untukmu, kapanpun, dan Abang juga tau aku lebih sering menginap ditempat Abang dari pada ditempat kostku…”

Aku sengaja menolak permintaan itu, tentu saja dengan air mata berlinang. Robby memelukku sangat erat, Aku tau pasti kalau keluarganya akan menolakku untuk jadi menantu dan akupun tidak perduli.

” Sabar ya Sayang, mereka pasti akan menerimamu suatu hari nanti ” suara Robby pelan.

Selama dua tahun menjalin hubungan dengan Robby, entah sudah berapa ratus juta uangnya yang masuk padaku. Aku benar-benar menikmati hidup ini. Pekerjaanku di kantor hanyalah untuk membuatku tampak sibuk saja. Sampai suatu hari Eva teman nakalku menelpon . . . .

”Tika, lw ada waktu ngga ntar malam . . . Gw butuh orang nich….Pliss bantu ya…”

” Yach lw kan tau, gw ngga kencan sejak dapat kakap… sorry ya..”

” Cuma malem ini aja, 5 juta lumayan kan…..”

Seharian aku sibuk di salon, Aku tak kuasa menolak permintaan Eva. Eva adalah orang yang mengajariku betapa mudahnya mencari uang tidak halal, Dia juga yang mencarikan aku tempat ketika pertama kali datang ke Jakarta.

Malam ini adalah kencanku yang pertama setelah dua tahun aku menjalin hubungan dengan Robby.

Kamar 313, Aku menemani seorang Bos minyak, dan dia sangat puas denganku, bahkan dia meninta nomor ponsenku. Kami sedang menikmati sarapan dan siBos itu menerima telepon. Tiba-tiba kamar diketuk. . . .

” Honey, tolong bukakan pintu ada relasiku ….”

Kubuka pintu, dan aku sangat terkejut karena Robby ada di depanku ………

****

(Sad Romance) Dalam Bimbang, Kunikmati dirimu

Oleh : Bungashaina

Wepe sangat terpukul setelah putus cinta dengan Herry seseorang yang sangat mempesonanya. Dalam kesedihan ini Wepe berjanji akan mengubah dirinya, dia harus sembuh. Segala pekerjaan di kantor diembatnya dengan harapan bisa melupakan Herry dan bisa hidup normal seperti pria lainnya.

Kesibukan Wepe di kantor rupanya menjadi perhatian Mr Kolis atasannya yang ternyata juga hombreng, diam-diam naksir Wepe tapi menepi karena wepe menjadi kekasih Herry.

Mr Kolis dengan gencar mendekati wepe dengan berbagai cara, dari mengajak makan siang, mengirim email-email misterius dan yang terakhir dia sengaja membuat pesta Gay khusus untuk Wepe.

Kerena kegigihan Mr Kolis, akhirnya Wepe mengurungkan niatnya untuk sembuh. Hadiah-hadiah yang diberikan Mr Kolis membuatnya menerima cinta lelaki setengah baya itu. Merekapun tidak pernah melewati hari-hari tanpa bercinta dan berlendir.

Suatu hari, Wepe yang sedikit matrek mengajak kekasihnya Mr Kolis jalan ke Mall untuk belanja keperluannya. Bagi Mr Kolis apalah artinya uang, yang penting hasrat hombrengnya tersalurkan. Selain itu dikalangan para hombreng Wepe adalah sang Primadona. Jadi mereka dengan bahagia layaknya sepasang kekasih jalan ke Mall.

***

Mall sangat ramai, di ujung terlihat Herry sedang bergerak dengan kekasih barunya Elang. Seperti biasa Herry sang maskot hombreng tak segan segan memberi banyak hadiah pada kekasihnya. Setelah keliling belanja mereka makan di cafe Mall, secara tidak sengaja meja tempat duduk mereka berhadapan dengan meja Mr.Kolis dan Wepe.

Ternyata Elang adalah mantan kekasih Mr Kolis yang diam-diam masih mencintainya dan Wepe tentu saja masih sangat mencintai Herry. Entah kenapa pertemuan itu menjadikan mereka teringat saat bersana di toilet Cafe ini.

Wepe-pun pamit ke toilet disusul oleh Mr Kolis. Herry gelagapan dia tau pasti apa yang akan dilakukan Wepe dan Mr Kolis di toilet, diapun tidak mampu membendung hasratnya untuk menyusul ke toilet bersama Elang.

Ternyata hasrat mereka semakin tak terbendung, Wepe masih mencintai Herry dan hasratnya disalurkan ke Kolis. Sementara Elang yang mesih mencintai Kolis hasratnya di salurkan ke Herry.

Dunia memang gila, mereka sedang bermain gila di Toilet , diam-diam AA tersenyum dengan kamera di tangannya……

[Diary Sang Penggoda] Cintaku Untuk Suamimu

Oleh : Youly Chang


Sore ini langit agak mendung, matahari sedikit tertutup awan yang berarak, sebentar lagi hujan, angin berhembus kencang menyapa kulitku ketika wanita itu datang.

Ya, wanita itu, seorang ibu muda berkulit kuning langsat, rambutnya di cat warna coklat, serasi sekali dengan penampilannya, anggun dan cantik. Ya aku ingat wanita itu, wanita yang pernah melabrakku, menghinaku dengan sebutan wanita pelacur, penggoda suami orang, hanya karena dia menemukan fotoku di dompet suaminya, beserta surat-surat cinta yang diberikan suaminya kepadaku lewat email. Sayang sekali…

Saat ini dia sudah berada di hadapanku, namun kali ini dia bawakan deal atau tepatnya deal transaksi tukar suaminya dengan uang, sebuah penawaran cukup menggairahkan dan manis, kulihat sepintas nilainya sama dengan cincin berlian idamanku, dengan sombongnya dia menawarkan sejumlah uang agar aku mau memutuskan hubungan dan melepaskan suaminya.

“Hai jalang, katakan berapa yang kau butuhkan, kuberikan berapapun untuk suamiku!” katanya dengan sangat angkuh.

Suaranya agak keras, sedikit emosional, ini wajar, mungkin dia marah padaku karena suaminya main gila denganku.

Masalahnya? Benarkah Cuma aku yang salah?

“Maaf, aku tak ingin uangmu, aku Cuma ingin suamimu, itu saja”

Tenang, nyaris tanpa ekspresi ketika kujawab pertanyaan anehnya

“Lancang kamu!!… dia sedikit menghardikku, wajahnya terlihat geram dan marah.

“Kau tidak lebih dari sekedar pelacur murahan yang di bayar untuk tidur dengan suamiku!!”

“Sabar dulu….., take it easy… pelankan sedikit suaramu, tak perlu menghardikku, atau apakah kau juga terbiasa menghardik suamimu layaknya seorang pelayanmu?”

“Harusnya kamu tanya pada diri kamu sendiri, mengapa suamimu lebih suka bersamaku dari pada denganmu, istrinya sendiri..!”

Wanita itu mengepalkan tangannya, tertunduk lunglai, perlahan airmatanya mengalir. Dia terduduk. Diam. Hening.

“Selama ini kau tidak begitu memperhatikan dia, kau sibuk dengan kehidupan glamourmu, jadwalmu padat dengan urusan diluar keluargamu, anak-anakmu bahkan bingung yang mana ibunya, kau atau pembantumu?, kau sibuk dengan duniamu. Sedikitpun kau tak pernah memperhatikan keperluan suamimu”.

“Jangan salahkan aku….!”

“Suamimu hanya merasa kesepian, apa yang dia butuhkan tidak kau penuhi, dan dia mendapatkan semuanya dariku. Tiap saat dia menemuiku. Tiap malam dia memintaku untuk menemaninya. Dan kami bercinta, kepuasan itu tak ada harga!”

“Tak perlu menangis..!”

“Aku bukanlah wanita yang kejam seperti yang kau kira, aku bukan pembunuh apalagi perampok, aku tidak berniat merebut ayah dari anak-anakmu, aku hanya menginginkan apa yang aku mau, aku menikmati suamimu. aku menikmati rasa cintanya padaku. aku hanya butuh kepuasan, setelah itu dia boleh pulang kerumahmu dan kembali menjadi milikmu.

Pulanglah….aku cuma ingin bercinta dengan suamimu…tidak lebih

Berjalan tenang, kutinggalkan perempuan itu, dia masih tertunduk lesu dengan selembar cek ditangan.

Artikel Populer