Hi, guest ! welcome to VIOLET CAFE. | About Us | Contact | Register | Sign In

Senin, 14 November 2011

Home » , , » {Diary sang Penggoda} Suamimu Masih Mencintaiku

{Diary sang Penggoda} Suamimu Masih Mencintaiku

Oleh : Bernizca Farazeta


Hand phone ku bergetar, sengaja nada deringnya tidak ku aktifkan…kulirik sekilas nomer yang muncul di layar hand phone ku, dan lagi-lagi nomer mu hadir di situ…

”Tinggalkan suamiku, jangan kau ganggu dia…hentikan perbuatanmu jangan kau teruskan cinta terlarang itu, bercerminlah!!! siapa dirimu sesungguhnya!!! kaulah penghancur rumah tangga ku “

Seperti di guyur air rendaman es balok sekujur tubuhku menggigil meredam amarah, hanya dzikir perlahan aku lantunkan untuk meredam emosi ini…Siapa dia, dan apa maksud pesan ini semua….

Kepalaku semakin pening, benturan keras yang kualami semalam saat kecelakaan di jalan tol ketika menuju bandara semakin terasa menghunjam setelah membaca pesan itu, dan kondisiku semakin parah dengan tuduhan itu…namun aku dengan diamku hanya termangu sambil menggenggam BB itu erat di genggamanku…

Cinta,

Ini semua karena cinta, cinta yang definisinya selalu berubah tanpa tahu kondisi dan waktu. Dia mencintaiku, lebih…bahkan amat lebih…kau menuduhku tanpa alasan dan kau mengajariku seolah-olah akulah biang keladinya.

Harusnya cermin itu untukmu…bukan untukku…

Tanyakan ke nuranimu, mengapa suamimu harus lari ke pelukanku, mengapa suamimu harus merasa nyaman dalam dekapanku, mengapa suamimu harus merasa tenang meski hanya cukup mendengar suaraku….

Salahkah aku jika aku terlahir sebagai wanita cantik dan memiliki sex appeal yang tinggi, bukankah itu sudah kehendak-Nya…

Aku hanya datang dengan kebaikan tanpa ada niat nafsu dan keinginan menggoda atau menghancurkan rumah tanggamu seperti yang kau tuduhkan, namun pertemuanku dengan suamimu adalah skenario yang di kehendaki-Nya.

Sapa dan persahabatan itulah awalnya, segala kebaikan itulah tujuannya, kita bercengkrama tak ubahnya sahabat lama, namun semua itu menjadi lain…ya, semakin lain….suamimu tergoda aku, padahal sungguh aku apa adanya dan tulus tak ada niat untuk menggoda. Aku hanyalah aku…dengan segala apapun di diriku, namun suamimu melihat lain di diriku, dia melihat aku sosok yang berbeda…kecerdasanku, kecantikanku, diamku, santunku, kebaikanku dan sikap memahamiku dan kerap menjadi pendengar yang baik di saat dia butuh teman dan entah apapun itu, justru itulah yang membuatnya semakin jatuh cinta lagi kepadaku…

Senja semakin merekah…

Perlahan aku turun dari atas tempat tidur rumah sakit ini…Tuhan tahu hikmah apa yang ada di balik ini semua.

Dua hari setelah di rawat di rumah sakit akhirnya aku putuskan untuk kembali beraktifitas, aku bukan sosok yang harus larut dan menyikapi sesuatu dengan seenaknya, aku adalah sosok pejuang, tidak akan pernah berhenti di satu titik, lemah dan air mata bukan gayaku…air mata cukup hadir disaat aku bermunajat dengan kekasihku yaitu Rabb-ku…buatku setiap peristiwa adalah episode dari-Nya.

Langit sangat cerah, awan menaungiku menemani dalam lintasan langkahku…masih seperti biasa dan semua telah berada di tempatnya sesuai dengan kehendak-Nya meski dengan porsi kenikmatan yang berbeda-beda…

Aku kembali hadir di tengah-tengah kecintaanku, bertumpuk-tumpuk buku tebal dan lap top serta seluruh mahasiswa dan mahasiswiku…menerjemahkan segala hal yang tak terlihat dan tersentuh, asyik dengan keasyikan hingga waktu tanpa terasa harus segera pergi….

Sejenak sebelum meninggalkan kampus, aku berdiri di depan kaca jendela…menatap ujung horison yang tak terlihat ujungnya…

Tiba-tiba hand phoneku berdering, kulihat nomer suamimu di layar hand phoneku…aku malas mengangkat dan menerimanya, namun deringan itu tidak berhenti, hingga tiga belas kali nada panggilan tak terjawab…aku lelah, lelah dengan nada dering itu….entah mengapa kuangkat juga…dan aku kalah lagi…

” sayang…ku mohon maafkan aku…maafkan…”

suara itu, masih seperti yang dahulu…suamimu selalu memanggilku dengan kalimat itu, dia mencintaiku…sadarkah kamu, tahukah kamu?

Dan aku selalu berusaha menghentikan itu, namun suamimu selalu memohon kepadaku untuk aku tidak meninggalkannya. Aku sungguh muak dan amat marah bahkan sakit dengan ini semua…kau dan suamimu telah menyakitiku, kau permalukan aku di hadapan seluruh teman-temanku dan itu semua tak ada habisnya, namun aku hanya bisa diam…ya, diam seribu bahasa…aku selalu dengan kebaikanku…namun tahukah kau aku diam bukan berarti bodoh, aku diam karena aku kasihan dengan dirimu…dan aku hanya memberikan mainan atau kesenangan untukmu agar kau bisa tertawa dan pus meski aku tahu justru sebaliknya kau akan lebih menderita…karena aku tahu jika kau sesungguhnya di mata suamimu dari bertahun-tahun yang lalu sudah tidak terlihat cantik dan menarik baik dari segala hal….

Dan tahukah kamu jika suamimu selalu bergairah meski hanya mendengar suaraku saja, padahal itu baru suaraku saja…dan selanjutnya aku rasa kau bisa mengartikannya sendiri…

Suamimu telah lelah di sampingmu, dia bertahan karena rasa kasihan dan kewajban…lalu dimana aku menggoda suamimu??? coba tunjukan… namun ya, sudahlah aku terima segala tuduhan itu semua…karena aku yakin TUhan pasti akan tunjukan siapa juaranya…

Aku berdiri di pinggir jendela menatap keatas langit teringat bagaimana suara itu masih menggema di telingaku ” sayang…tanpa kehadiranmupun sesungguhnya rumah tanggaku sudah hancur beberapa tahun yang lalu, aku lelah dengannya, bertahun-tahun aku yang selalu mencoba bertahan dan menumbuhkan perasaan cinta, namun kini perasaan itu telah mati…mati dan tidak akan pernah kembali tumbuh lagi “

Tahukah kau…cinta suamimu telah mati terhadapmu, yang tertinggal hanya perasaan kasihan dan kewajban saja…lalu siapa yang harus disalahkan, sedangkan dulu dia selalu berjuang sendirian…dan kamu di mana saat itu??

Harusnya cermin itu untuk dirimu…

Sudahkah kau sebagai istri telah berposisi menjadi seorang istri…

Sudahkah kau belajar memahami dan tahu tentang dia sesungguhnya tanpa harus selalu menuntut untuk dia memahanimu terus, sudahkah kau belajar mencintai terlebih dahulu tanpa harus menuntut untuk dia mencintaimu dahulu, sudahkah kau selalu bersabar dan ada di saat dia terjatuh dan butuh nasehat atau teman atau bahkan dorongan semangat di saat dia kehilangan arah dan jatuh dari segala impiannya…tahukah kau ada kalanya dia merasa lelah, dan di saat lelah itulah kelak dia akan mencari sosok-sosk yang lebih baik dan mulia darimu…

Namun aku tetaplah aku…aku dengan kesederhanaanku, aku dengan diam dan acuhku, aku dengan ketidak sempurnaanku, aku hanya datang dalam lintasan episode ini, aku selalu yakin bahwa ini bukanlah ujian…namun ini adalah siratan yang telah tersurat atas kehendak-Nya, dan apapun bentuk episode itu aku selalu menghargai dengan bijak dan selalu ku telaah skenario apa yang ada di balik ini semua, yakinku pada-Nya ini semua terjadi karena suatu bentuk pembelajaran hidup kepadaku untuk lebih bijak dalam melangkah dan lebih bermuhasabbah diri lagi ke depannya….

Perlahan semua menjadi luntur…dan senja kembali perlahan menghampiri, perlahan aku kemasi tumpukan buku-buku tebalku san ku tutup lap top ku, kakiku terasa ringan melangkah keluar…menuruni anak tangga kampus, entah mengapa aku menginginkan anak tangga ini…bukan lift yang ku tuju, aku ingin menikmati sensaninya sejenak….

Sepoi angin sore mempermainkan pashmina jingga ku, rokku melambai meliuk-liuk diterpa semilir sejuk angin senja ini…semua terasa penuh, aku sangat bahagia….entahlah aku selalu merasa apapun episode itu aku merasa akulah sang juaranya, aku semakin banyak mengerti dan satu koleksi kalimat bijaku bertambah di harian hidupku….

13195203191584117659

cinta,tidaklah menyakiti namun cinta adalah memberi…memberi yang terbaik tanpa harus mendominasi dan mengkungkung…namun cinta adalah membebaskan, membebaskan setiap kehendak dan keinginan namun tetap di ikat dengan doa dan kasih sayang….

Semoga episode ini kelak juga akan membuatmu lebih bahagia, meski lubuk hatiku aku tahu kalian berdua sakit…aku berharap ada kebaikan dari ini semua, ku hantar kalian dengan doa, bibir tipisku semakin menyungging senyuman, sebelum grand livina ini membelah Jakarta ku pandangi lagi tumpukan berkas di sampingku, ya…aku berhasil, di saat harus ada air mata ternyata Tuhan tetap tunjukan kebahagiaan untukku, pengajuan bea siswaku untuk S3 ku akhirnya lolos, dan tiket bea siswa itu kini ku kantongi….

Awal tahun depan aku berangkat, terbang…ya terbang kembali, menyapa summer, snow, dermaga, daun mapple serta pucuk-pucuk pinus…senyumku semakin mengembang…aku semakin merindukan Hamburg, dengan sketsa-sketsa kecilnya yang hitam putih…tekadku semakin kuat, kelak novel berikutnbya akan lahir di sana kembali…

Namamu adalah kutukan bagiku….semoga kau tahu itu…
Share on :

Posting Komentar