Hi, guest ! welcome to VIOLET CAFE. | About Us | Contact | Register | Sign In

Senin, 14 November 2011

Home » , , » Oh Emak Oh Ibu

Oh Emak Oh Ibu

Oleh : Hawa

5 tahun yang lalu waktu emak mengantarku ke terminal bus antar provinsi guna merantau dan berangkat kuliah ke Jakarta, dia sangat cantik, tradisional dan keibuan, rambutnya hitam licin dan panjang, dia rajin pakai minyak kemiri buatannya sendiri, kebaya dan kain batiknya khas menampilkan tampilan alami perempuan Indonesia.


“Juned pergi dulu mak, mak jaga diri baik-baik ya”. begitu kataku waktu terakhir kali mencium dan memeluk emak sebelum keberangkatan bis yang akan membawaku ke Jakarta.

Pesan emak dalam uraian air matanya padaku

“Kamu harus rajin belajar, jangan nakal, kamu harus sukses dan tunjukkan pada orang-orang dan jadi contoh buat mereka, kalau orang desa seperti kita juga bisa jadi sarjana”

“iya mak”.

______

Pesan emak kuingat terus, bahkan sampai hari ini. rasanya 5 tahun sudah berlalu sejak kepergianku dari desa untuk belajar dan kuliah. kemarin wisudaku, hari ini rasanya rindu pada emak sudah tidak terbendung lagi. aku rindu semua tentang emak, aku rindu bau harum minyak kemiri di rambutnya, sambal terasi dan sayur nangka muda yang dia buat untukku, aku rindu semua yang ada pada emak dan desaku.

Desa tempat lahirku sepi dan miskin, 5 tahun yang lalu jalan masuk ke desa masih tanah belum beraspal, kalau kemarau debu-debu dengan mudahnya menempel di daun-daunan dan pohon-pohon, sementara kalau hujan jalan seperti adonan dodol yang kental dan lengket.

orang-orang masih bertani secara tradisional, maklum mereka ortodoks dan kuno sekali, mereka tidak bisa maju dan berkembang, cara bertani pun masih tradisional dan turun temurun. salah satu alasan inilah yang membuat aku akhirnya memutuskan untuk kuliah dan mengambil jurusan pertanian.

“Kalau orang luar tidak bisa mengubah orang-orang desa untuk berfikiran maju, maka orang dalamlah yang harus melakukannya, dan itu aku!”.

Dengan tekad membara kuselesaikan kuliahku. dan hari ini rasanya kepulangan ke desa menjadi suatu yang sangat berharga sekali, tak ternilai dengan apapun.

____

Hari ini, sejak kepergianku lima tahun yang lalu, ada banyak perubahan yang kulihat jelas dan nyata, kebun-kebun sepanjang jalan menuju desa kini tersusun rapi dengan tanaman-tanaman karet, getah pohon mengalir putih membentuk setengah lingkaran dan menetes pada mangkuk-mangkuk yang memang sudah disediakan. Sepeda motor dan mobil-mobil pribadi pun sudah lalu lalang dengan bebasnya. anak-anak gadisnya pun sudah keliaran dengan baju yang tak kalah modern nya dibanding gadis kota. Desaku sudah benar-benar maju rupanya.

tiba-tiba seseorang dalam angdes yang kutumpangi menuju ke desa bercerita padaku.

“Lima tahun yang lalu ada petugas PPL yang datang, dia mengajari penduduk desa bagaimana caranya bertanam karet, dan sekarang penduduk desa sudah mulai menikmati hasilnya. kehidupan pun pelan-pelan mulai membaik. bahkan ada seorang perempuan dari desa itu sekarang sudah jadi tauke karet, namanya Juminah, tapi orang sering memanggilnya dengan sebutan Ibunya Juned”.

“busyettttttt, itu kan emak?”

belum hilang penasaranku angdes yang kutumpangi berhenti tepat didepan rumah yang kata supir angdes ini rumahku.

sampai di depan rumah aku mengucek mata berkali-kali, rumah itu berubah total, dari yang super tradisional berubah menjadi bangunan permanen lengkap dengan profil-profil mediterania pada dinding-dindingnya, lantai keramik dan halaman dipasang con blok lengkap dengan lampu taman dan tanaman-tanam anturium mahal menghiasi teras.

“Jangan-jangan emak sudah pindah rumah dan ini rumah milik orang lain”. aku bergumam

“Halo nak, udah pulang ya, kabarmu gimana?”

Tiba-tiba dari dalam rumah muncul suara seorang perempuan dan rasanya suara itu sudah tidak asing lagi buatku, Ya Allah itu suara emak. aku semakin bingung dan tercengang ketika Emak muncul didepanku dengan penampilan yang berbeda, mirip dengan penampilan emak-emak di sinetron.

Rambutnya yang biasa disanggul dan dikasih minyak kemiri, sekarang dipotong sebahu, wajahnya cerah dengan sapuan make up di wajahnya, kain dan kebaya yang biasa melekat ditubuhnya dia gantikan dengan lejing dan dan baju ketat. ditangan dan lehernya melingkar kalung dan gelang emas.

“Emak”

Aku masih tidak percaya dan dengan apa yang kulihat

“Akhirnya kamu pulang juga nak, emak…eh … Ibumu sudah lama menunggu kepulanganmu dan ibu yakin kamu pasti pulang”

“Ibu?, sejak kapan Emak jadi ibu?”

Ya, Tuhan kenapa begini? ada apa ini? Kenapa emak jadi ibu? kenapa pula dandanan emak jadi kayak artis?

tapi belum sempat aku bertanya, emak sudah menarik tanganku kesamping rumah, disana ada garasi mobil dan begitu pintunya dibuka ada sebuah mobil seperti mobil yang kuidam-idamkan.

“Ini mobil khusus ibu belikan untuk hadiah kelulusanmu nak, kamu suka kan, oh ya minggu depan kita syukuran dan pesta besar-besaran, ibu sudah sewa orgen tunggal dan kita remix -an sampai pagi, oke?”

aku diam

“Oh, Ibu sudah masak brownies dan fried chicken untukmu, ayo kita makan, kamu pasti laper kan?, nanti abis makan kamu ajarin Ibumu ini main facebook ya, orang-orang desa sini sudah banyak yang punya akun, Ibu sudah beli laptop dan modem, nanti sekalian kamu add pacarmu yang di Jakarta itu, Ibu mau kenalan, oh ya kalau ada sekalian Pin BB nya ya?”

aku bengong nyaris seperti sapi ompong, kosakataku hilang seketika dan tiba-tiba, tidak ada satupun yang keluar dari mulutku….Oh Emak……………eh Ibu…….

***HE***
Share on :

Posting Komentar